Istambul 1890 yang Suram, Senja Kala Imperium Utsmani

constantinopel 1890 kekunoan.com

Imperium Utsmani atau Ottoman pada mulanya didirikan oleh suku Turki di Anatolia (Asia kecil) yang tumbuh menjadi salah satu kekuatan terbesar di dunia di abad 15-16. Kekaisaran ini berlangsung selama 600 tahun dan berakhir pada tahun 1922 saat digantikan oleh negara Republik Turki.

Pada puncak kejayaannya, wilayahnya terbentang dari sebagian besar Eropa selatan sampai Wina (Austria sekarang), termasuk Hungaria, wilayah Balkan, sebagian Ukraina, wilayah timur tengah yang kini menjelma menjadi Irak, Syria, Israel, Mesir, Afrika utara sampai Algeria di Afrika barat dan sebagian besar semenanjung Arabia. Nama Utsmani atau Ottoman berasal dari penguasanya Osman I (bahasa Arab: Uthman) seorang ketua suku nomaden Turki yang mendirikan dinasti ini tahun 1300.

Salah satu penyebab keruntuhan Utsmani adalah terseretnya imperium tua yang sudah sakit-sakitan ini ke dalam Perang Dunia I (1914-1918). Keterlibatannya dalam PD I merupakan buah dari perhitungan politis yang gegabah dan terburu-buru; yaitu memihak Jerman. Kekalahan Jerman dalam perang berarti juga kekalahan bagi Utsmani. Setelah tahun 1916, negara dalam keadaan bangkrut karena beratnya tekanan ekonomi ditambah dengan lumpuhnya kekuatan militer akibat desersi tentara besar-besaran. Imperium ini terpaksa menandatangani perjanjian gencatan senjata yang disebut Armistice of Mudros pada tanggal 30 oktober 1918.

Perjanjian-perjanjian dan pakta-pakta yang diteken berikutnya secara sistematis membabat habis wilayah Utsmani. Rusia dijanjikan akan mendapatkan Istambul, Perancis mendapatkan Syria, Mosul, Irak dan Sisilia. Inggris telah mencaplok Syprus dan mengumumkan bahwa Mesir adalah wilayah protektoratnya. Palestina ditempatkan dalam pengawasan internasional hingga akhirnya melalui Deklarasi Balfour 2 November 1917 dijadikan bakal negara orang-orang Yahudi, dan lain-lain. Melalui perjanjian Sevres (10 Agustus 1920) Utsmani mendapatkan kembali Istambul namun kehilangan seluruh propinsi Arabnya. Selat Bosphorus diinternasionalisasi dan Eropa mengawasi dengan ketat keuangan Utsmani. Utsmani akhirnya tinggal menyisakan seorang jenderal Mustafa Kemal yang kelak dikenal sebagai Ataturk, bapak pendiri negara Turki modern kini.

Secara Geografis, Turki modern berada di titik strategis diantara dua benua. Wilayah utamanya yang mencakup 97% wilayah negara ini berada di Anatolia, sebuah semenanjung besar yang memanjang terletak di Asia dan menjadi jembatan menuju ke Eropa. Sisa wilayahnya yaitu wilayah Thrace masuk dalam benua Eropa tenggara. Bahasa resminya adalah bahasa Turki dan agama resmi adalah Islam. Ciri fisik penduduknya adalah mayoritas ras Mediterania, Kaukasia, Asia dan Bedoins (Arab).  Jadi melihat perawakan orang Turki ibaratnya melihat bule namun Islami, sungguh unik.

Peta Turki modern

Imperium Utsmani kerap dijadikan sebagai rujukan yang ideal tentang Daulah Islamiyah (negara Islam) oleh pihak-pihak yang ingin mengubah negara kesatuan Indonesia menjadi negara Islam, termasuk salah satunya oleh Hizbut Tahrir Indonesia/ HTI yang baru dibubarkan pemerintah. Gagasan yang disuarakan HTI adalah mengupayakan kesatuan tunggal bagi seluruh umat muslim di dunia yang menerabas batas-batas kebudayaan, politik, dan geografis bangsa-bangsa. Organisasi ini menggunakan istilah khilafah yang wilayahnya dinamakan sebagai dar al-Islam (wilayah Islam) yang menerapkan hukum Islam, sedangkan di luar dinamakan dar al-kufr (wilayah kafir) yang menerapkan hukum orang kafir.

Menurut HTI, generasi umat Islam masa kini kurang responsif terhadap konsep khilafah karena dianggap hanya upaya untuk mengenang romatisme kejayaan masa lalu. Generasi sekarang dianggap tidak pernah menyaksikan atau mempunyai pengalaman dengan pemerintahan Islami. Akibatnya, kaum muslim terpaksa memilih menggunakan falsafah hidup lain, terutama dari barat yang mengikis kemurnian ajaran Islam. Akibat kemunduran ini, dalam berbagai propagandanya HTI sering mengungkit kebesaran Utsmani sebagai contoh terdekat konsep khilafah yang masih tersisa dan masih bisa dilihat hingga kini.

Sisa kejayaan imperium Utsmani bisa dilihat dari rangkaian photochromes yang dicetak di atas kartu pos berikut ini. Gambar-gambar yang anda saksikan ini diproduksi sekira tahun 1890, di masa akhir imperium tua yang sudah sakit kronis menunggu ajalnya. Teknik fotografinya adalah dengan mengaplikasikan lapisan-lapisan warna  buatan dari hitam ke putih yang hasilnya ternyata sangat artistik.

Photochrome dikembangkan tahun 1880an oleh sebuah perusahaan cetak Swiss dengan cara melapisi tablet batu gamping (limestone) litografis dengan emulsi yang sensitif  dan membakarnya dengan cahaya di bawah foto negatif. Pajanan tersebut mengakibatkan emulsi yang ada menjadi keras dan proporsional terhadap pola negatif, membentuk citra litografis yang permanen pada batu gamping. Batu tambahan dipersiapkan untuk masing-masing warna untuk diaplikasikan pada foto hasil akhirnya. Selembar kartu pos bisa jadi memerlukan lusinan batu warna yang berbeda-beda.

 

 Bosphorus, Rumeli and Anadali-Hissar (foto: Library of Congress)
Bosphorus, Rumeli and Anadali-Hissar (foto: Library of Congress)

 

Sebuah sudut di distrik Scutari (foto: Library of Congress)
Sebuah sudut di distrik Scutari (foto: Library of Congress)

 

Golden Horn (foto: Library of Congress)

 

Jembatan Galata (foto: Library of Congress)

 

Kompleks Koca Sinan Pasha (foto: Library of Congress)

 

Lokasi di dekat Seraskerat (foto: Library of Congress)

 

Sebuah pasar dengan latar belakang masjid (foto: Library of Congress)

 

Pelabuhan Constantinopel (foto: Library of Congress)

 

Koki di Rue de Stamboul (foto: Library of Congress)

 

Pepohonan di sepanjang pemakaman (foto: Library of Congress)

 

Wilayah seputaran Fernebache (foto: Library of Congress)

 

Air mancur Sultan Ahmed (foto: Library of Congress)

 

Jembatan Galata dan pemandangan Pera (foto: Library of Congress)

 

Sebuah sudut di distrik Scutari (foto: Library of Congress)

Proses pembuatannya memang njlimet dan tidak praktis, namun foto-fotonya ternyata mampu menangkap warna yang mirip dengan gambaran warna di dunia nyata secara mengagumkan. Ingat, teknologi fotografi berwarna masih sangat baru kala itu.

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

GIPHY App Key not set. Please check settings

Loading…

0

Jamasan Bulan Purnama Situs Ngawonggo 7 Agustus

jung cina

Tionghoa Pertama yang Menginjakkan Kaki di Tanah Jawa