Saracen, Ironi Akhir Perjalanan Hidup Jendral Brilian

Ilustrasi duel antara tentara saracen dan ksatria Eropa kekunoan.com

 

Kata ‘Saracen’ pada masa kini lebih sering dikaitkan dengan Perang Salib (Crusade), yakni satu rangkaian pertempuran berdarah memperebutkan tanah suci antara bangsa Eropa melawan Arab sebagai representasi dua agama besar. Perang ini terjadi di Timur Tengah antara tahun 1095 dan 1291 Masehi. Para prajurit Kristen Eropa yang berperang menggunakan istilah Saracen untuk menyebut musuh mereka dan menyebut penduduk sipil muslim yang bertentangan dengan mereka di tanah suci. Lalu dari manakah asal kata ini? Dan apa pula makna sesungguhnya?

Makna kata Saracen sesungguhnya berubah-ubah sejalan dengan waktu. Secara umum sebagaimana dipergunakan oleh orang Eropa sejak jaman akhir Yunani atau awal Romawi, Saracen berarti orang yang berasal dari Timur Tengah. Kosa kata ini masuk dalam terminologi bahasa Inggris dari bahasa Latin Saracenus-Sarakenos. Makna sesungguhnya tidak jelas namun para ahli bahasa berpendapat bahwa kata ini berasal dari kosa kata bahasa Arab sharq yang artinya ‘timur’ atau matahari terbit’.

Filsuf Yunani Ptolemy memaknai kata ini sebagai orang Syria dan orang Irak. Kemaharajaan Romawi yang sangat membanggakan kekuatan militernya memasukan Saracen sebagai salah satu suku barbar di dunia yang harus ditaklukkan. Yang menarik, meskipun kita tidak tahu siapa sesungguhnya yang dimaksud dengan orang-orang saracen ini, bangsa Yunani dan Romawi telah lama membedakan Saracen dari Arab.

Apabila ditelisik dari sebuah teks kuno bernama Hippolytus, kata Saracen dimaksudkan sebagai nama prajurit kavaleri berat dari Phoenicia yang sekarang adalah wilayah negara Lebanon dan Syria.

Selama awal abad pertengahan, Eropa kehilangan kontak dengan dunia luar. Namun demikian, mereka tetap mengetahui keberadaan orang muslim terutama ketika muslim Moors menduduki semenanjung Iberia.

Ilustrasi prajurit Saracen pada Perang Salib

Hingga abad 10, Saracen masih dianggap berbeda dari Arab (yang sekali waktu pernah menaklukan Spanyol dan Portugal) atau bangsa Moor (Muslim suku Berber di Afrika Utara)

Masih pada abad pertengahan tersebut, entah siapa yang memulai, tiba-tiba saja makna Saracen berubah menjadi kata untuk menyebut semua orang Islam tanpa pandang bulu. Saracen digunakan untuk menyebut muslim berkulit hitam di Afrika utara hingga muslim di belahan bumi lain seperti di Albania, Macedonia, dan Chechnya. Gejala aneh ini diperkirakan muncul sebagai akibat dari sentimen anti ras yang tumbuh subur saat itu. Tentu saja sentimen sempit ini mengalahkan logika akal sehat sehingga penyebutan yang asal-asalan itu diterima khalayak ramai. Akibatnya saat Perang salib pecah, Eropa menyebut kaum muslim sebagai Saracen. Istilah ini merendahkan kaum muslim namun kaum muslim sendiri tidak menganggap demikian. Sebaliknya, kesalahan bahasa juga dilakukan kaum muslim yang menyebut semua pasukan Kristen sebagai Franks (Frenchmen-orang Perancis) pukul rata termasuk untuk tentara yang berasal dari Inggris.

Bagaimana kita mengenal Saracen di dalam negri?

Brigadir Jendral Ahmad Yani yang menjabat Deputi II Kepala Staf Angkatan Darat ditunjuk sebagai ketua staf Operasi Trikora untuk merebut Irian Barat (Papua). Guna melengkapi persenjataan pasukan yang hendak terjun ke medan laga ini, Beliau mengunjungi beberapa negara Eropa barat untuk membeli alutsista. Kunjungan kerja ini dinamai “Misi Yani.” Berkat bantuan para atase militer RI di masing-masing kedutaan besar seperti KBRI di Bonn Jerman barat dan KBRI London, misi ini berhasil membeli 179 panser yang masing-masing terdiri dari 55 unit APV Ferret55, APC (Armoured Personnel Carrier) Alvis FV603 Saracen, dan 69 Armoured Car Alvis FV601 Saladin.

Panser Saracen dan Saladin melengkapi alutsista ABRI tahun 1960-an (id.wikipedia.org)

Panser Saracen dibuat oleh Inggris dengan spesifikasi yang cukup mumpuni pada masanya. Ia menggunakan mesin Rolls-Royce B80 Mk 6A dengan kekuatan 160 tenaga kuda dengan berat keseluruhan 11 ton. Bukan hanya mesinnya, senapannya pun juga bukan sembarangan; menggunakan senapan kebanggan Inggris Browning M1919. Kapasitas angkutnya 10 orang. Selain sebagai kendaraan komando, ia juga bisa difungsikan sebagai ambulans. Kendaraan beroda 6 ini adalah kendaraan angkut personal standar tentara Inggris selama dekade 1950an. Panser buatan pabrikan Alvis ini mulai diproduksi tahun 1952.

Bagan spesifikasi Saracen produksi Inggris (ilustrator: Peter Sarson)

Tercatat selain Inggris, sejumlah negara juga menggunakan jasanya diantaranya adalah Libya, nigeria, Qatar, Afrika Selatan, Yordania, dan Kuwait. Indonesia berkesempatan memakainya karena dibeli sesaat sebelum terlibat konfrontasi dengan Malaysia. Sesudah gerakan Ganyang Malaysia pecah, Inggris yang tentu saja berpihak pada negara persemakmurannya menghentikan segala bantuan dan kerjasama militer dengan indonesia.

Saracen mendapatkan panggungnya setelah dikendarai Kolonel Sarwo Edhi Wibowo, komandan Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD) yang menggempur pasukan penculik dan pembunuh 6 Jendral Angkatan Darat setelah peristiwa 1 Oktober 1965.

“Kolonel Sarwo Edhie Wibowo masuk pertigaan HEK dengan menumpang APC FV603 Saracen Kompi B Kostrad yang berstatus B/P pada RPKAD,” ujar Sintong Pandjaitan dalam buku biografinya berjudul “Sintong Panjaitan, Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando (2009)”.

Saat gerak maju pasukan RPKAD terhambat karena terlibat baku tembak dengan lawannya, Kolonel Sarwo Edhie mengamati jalannya pertempuran dari atas panser Saracen. Konflik bersenjata berlangsung tidak lama karena pasukan lawan yang kelaparan segera meninggalkan gelanggang di lapangan udara halim.

Ironi yang menyedihkan terjadi tiga hari sesudahnya, yaitu saat panser-panser Saracen dengan gagahnya unjuk kebolehan tidak lagi di medan laga, melainkan di jalanan ibu kota karena bertugas membawa jenazah-jenazah korban peristiwa 1 Oktober 1965. Seharusnya tank tersebut dipergunakan untuk parade HUT ABRI yang sedianya dilaksanakan besar-besaran tanggal 5 Oktober.

Adegan memilukan dapat dilihat di bagian akhir film Penumpasan Penghianatan G 30 S PKI saat peti-peti jenazah Para pahlawan revolusi diletakkan di atas panser-panser ini. Jendral A Yani tentu tidak pernah mengira kendaraan tempur yang dipesannya tersebut akan menjadi kendaraan terakhirnya menuju tempat peristirahatan yang terakhir di Taman makam Pahlawan Kalibata.

 

(Ilustrasi sampul berjudul Medieval Skirmmish karya Simon Gocal)

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

GIPHY App Key not set. Please check settings

Loading…

0
senjata tradisional jawa

Senjata Tradisional Jawa Pada Masa Kerajaan Kuno

Ilustrasi letusan gunung berapi

Tambora, Pompey dari Timur yang Hampir Melumat Sanggar