Batu Rosetta adalah sebutan untuk sebuah pecahan lempeng batu bertulis, yang apabila masih utuh merupakan satu prasasti batu besar.
Pada batu ini terpahat 3 jenis sistem penulisan yang berbeda dengan menyisakan 14 baris aksara yang masih terbaca.
Batu Rosetta kunci krusial memahami system penulisan hieroglyphs Mesir.
Prasasti/ stelae diletakkan di dalam tiap kuil-kuil di Mesir. Isinya merupakan penegasan dukungan para pendeta di Memphis kepada raja yang berkuasa di masa itu, yakni Ptolemy V (204-181 SM).
Batu Rosetta yang ditemukan ini sendiri adalah salah satu salinan pesan tersebut, jadi secara isi tidak terlalu penting.
Baca Juga: Mengenal Litografi, Mengintip Dunia Kuno Dengan Cara Yang Unik
Yang membuatnya menjadi sangat istimewa adalah karena pesan tersebut diulang 3 kali, masing-masing ke dalam 3 sistem penulisan yang berbeda:
– Demotik, sistem penulisan kursif Mesir yang dipergunakan untuk kebutuhan sehari-hari, di kalangan masyarakat umum.
– Yunani kuno, Bahasa resmi dalam lingkup administrasi pemerintah. Perlu diketahui bahwa pada masa pembuatan batu ini, Mesir berada dalam kekuasaan Greco-Macedonia setelah penaklukan Aleksander Agung
– Hieroglyphs, penulisan tingkat tinggi menggunakan gambar yang lazim dipakai kalangan agamawan/ pendeta.



Sebelum penemuan batu Rosetta, tidak ada seorang manusia pun di jaman modern yang bisa membaca hieroglyph Mesir kuno.
Karena mengulang isi pesan yang sama sedangkan para ahli masa sekarang masih bisa memahami Bahasa Yunani kuno, maka batu Rosetta menjelma menjadi kunci bagi penerjemahan hieroglyphs.
Baca juga: Budha Bamiyan Direnggut Taliban
Penemuan Batu Rosetta
Napoleon melaksanakan kampanye perang ke Mesir dengan misi menguasai Mediterania Timur. Tujuan taktisnya untuk mengganggu kedudukan Inggris di India.
Penemuan batu ini terjadi tanpa sengaja.
Tanggal 15 Juli 1799 pasukan Perancis Napoleon menggali pondasi yang bertujuan untuk memperkuat sebuah banteng yang terletak dekat kota Rashid/ Rosetta di delta sungai Nil.

Benteng ini nampaknya dibangun di atas sebuah tembok kuno.
Begitu para tentara mengerubungi seonggok batu hitam bertulis yang muncul dari dalam tanah galian, Pierre-François Bouchard (1771–1822), opsir yang memimpin penggalian segera menyadari betapa pentingnya penemuan ini.
Sesuai isi Perjanjian Alexandria (1801), maka setelah Perancis kalah, batu Rosetta dan artefak-artefak purbakala Mesir yang ditemukan Perancis menjadi milik Inggris.
Batu Rosetta lantas dikirim ke Inggris menggunakan kapal laut dan tiba di pelabuhan Portsmouth pada Pebruari 1802.
Liku-liku Pemecahan misteri tulisan Hieroglyphs
Segera setelah hieroglyphs tidak dipergunakan lagi pada akhir abad 4 M, maka kemampuan cara membaca dan menulisnya ikut lenyap.
Pada awal-awal tahun di abad 19, para ahli dapat memanfaatkan tulisan Yunani kuno sebagai acuannya.
Thomas Young (1773-1829), seorang fisikawan Inggris adalah salah satu diantara yang pertama mengemukakan bahwa sejumlah tulisan hieroglyph Mesir kuno pada batu Rosetta menyebut-nyebut nama penguasa kerajaan, yakni Ptolemy.
Selanjutnya seorang ahli Perancis bernama Jean-François Champollion (1790–1832) menemukan bahwa hieroglyph merekam suara Bahasa Mesir. Pengetahuan inilah yang menjadi landasan pemahaman kita terhadap Bahasa dan budaya Mesir.
Baca juga: Atlas kekaisaran Ottoman tahun 1803 yang sangat modern melampaui jamannya
Champollion sampai pada tahapan krusial dalam memahami penulisan Bahasa Mesir ketika ia berhasil mengidentifikasi Hieroglyphs yang digunakan untuk menyebut nama penguasa non Mesir.
Dia mengumumkan penemuannya dalam sebuah makalah berjudul Academie des Inscriptions et Belles Lettres di Paris pada 27 September 1822. Kolega sesama ahli yang juga sedang berjuang menyulih artikan batu Rosetta, yakni Thomas Young ada diantara para audiens yang hadir.
Kemajuan berikutnya didapat setelah Champollion menyadari bahwa selain nama penguasa asing, nama penguasa Mesir juga terpahat di atas batu.
Setelah melalui penyelidikan yang luar biasa disertai dengan rujukan menggunakan bahasa Koptik, (salah satu bahasa lokal di wilayah sungai Nil dan Timur tengah yang berakar dari Bahasa Mesir kuno) akhirnya Champollion berhasil membaca inskripsi Hieroglyph batu Rosetta seutuhnya.
Isi Batu Rosetta yang Sebenarnya
Batu Rosetta berisikan dekrit/ pengumuman yang dibuat oleh dewan/ konsul pendeta. Batu ini adalah satu diantara rangkaian pernyataan kesetiaan kerajaan pada Ptolemy V yang (saat itu) berusia 13 thn pada saat penasbihannya sebagai raja pada 196 SM.
Isi pesan setelah dekrit adalah bahwa salinan prasasti serupa akan ditempatkan di seluruh kuil di seluruh Mesir.
Kita tidak tahu apakah akhirnya hal ini benar terlaksana, namun dekrit berisi 3 sistem tulisan serupa ini kini dapat ditemukan di beberapa museum lain.
Jadi jelas bahwa Batu Rosetta ini merupakan satu dari sekian stelae/prasasti batu tulis yang dibuat secara masal untuk mengumukan keputusan dewan pendeta tahun 196 SM.
Pada kenyataannya, isi pernyataan pada batu ini bukan hal yang baru. Pada temuan reruntuhan Mesir kuno sering ditemukan pesan yang sama.
Batu Rosetta merupakan salinan protipe pernyataan yang telah dibuat seratus tahun sebelumnya pada abad 3SM.
Hanya tanggal dan nama saja yang diganti.
Jadi jelas bahwa pada setiap penobatan raja baru siapapun orangnya, para pendeta memberi dukungan politik dengan menerbitkan pengumuman ini pada rakyat. Dukungan agamawan tentu menambah legitimasi penguasa.
Dimanakah batu ini sekarang berada?
Setelah sampai di Inggris, batu ini dipamerkan di British Museum oleh raja George III pada Juli 1802.
Awalnya batu Rosetta dan sejumlah artefak Mesir kuno lain diletakkan di lantai museum akibat tempat yang direncanakan dirasa kurang kuat menahan berat beban.
Baca juga: Pembangunan Tower Bridge, jembatan London yang Ikonik
Setelah pengajuan dana dari perlemen disetujui, pengawas mulai membangun galeri baru di British Museum untuk menyimpan benda-benda berharga ini.
Sejak 1802 hingga sekarang Batu Rosetta terpajang rapi di British Museum, dengan satu kali perkecualian, yakni pada akhir Perang Dunia I 1917 ketika London dibombardir bom pesawat musuh.
Batu Rosetta dan sejumlah benda-benda kuno penting yang ringkas dan mudah dipindahkan terpaksa harus berlindung di stasiun Postal Tube Railway, 50 kaki di bawah tanah tepat di dasar Holborn selama 2 bulan.
GIPHY App Key not set. Please check settings