Jejak Petualangan Ken Arok di Wilayah Malang Raya

asal usul ken arok kekunoan.com

Persona seorang Ken Angrok (Ken Arok) sangat menarik untuk dipelajari. Kisah hidupnya yang diliputi mitos menjadi tanda tanya besar apakah sosok ini benar-benar tokoh sejarah yang nyata atau sekedar tokoh legenda seperti halnya Sangkuriang, Bandung Bandawasa, Joko Tarub, dll. Silang pendapat diantara para sejarawan sendiri sangat tajam. Ada yang sangat ekstrim menganggap kisah ini sekedar dongeng belaka karena Pararaton hanya sampah produk propaganda penjajah, namun tidak sedikit yang mendukung dan mempelajarinya sambil menelorkan teori-teori dan kesimpulan baru.

Satu-satunya sumber pemberitaan tentang Ken Angrok yang lengkap dengan mengesampingkan kaidah subyektifitas maupun obyektifitas adalah Pararaton. Pararaton merupakan naskah Jawa pertengahan yang merupakan hasil pengumpulan rekaman tradisi lisan yang penyalinan naskahnya selesai ditulis antara tahun 1600 dan 1613.

Naskah Pararaton pertama kali dipublikasikan oleh JLA Brandes dan NJ Krom yang berupa naskah-naskah lontar dalam Verhandelingen Bataviasch Genotschap van Kunsten en Wetenchapen bagian LXII.

Kisah Angrok dalam Pararaton berbentuk prosa atau gancaran.

Sebagai sumber sejarah, Pararaton memiliki kelemahan yaitu:

  1. Memiliki banyak unsur mitos. Perlu disadari bahwa hakikat uraian dalam bentuk mitos merupakan hasil tafsiran pengarang Pararaton sesuai dengan kepercayaan yang hidup dalam masyarakat penafsirnya. Penafsir pararaton tidak dapat melepaskan diri dari sistim kepercayaan masyarakatnya sewaktu ia hidup dalam alam lingkungan kepercayaan agama Hindu yang masih tebal (Muljana, 1965) pada masa itu.
  2. Penulisan angka tahun yang meragukan. Beberapa catatan tahun terjadinya suatu peristiwa berbeda dengan sumber lain yang dianggap lebih sahih, yakni Negarakretagama yang kalau dibandingkan dengan Pararaton, disusun tidak terlalu lama dari waktu terjadinya peristiwa tersebut. Hal ini sebagaimana diterangkan di awal barangkali merupakan kesilapan saat kisah-kisah yang terkandung dalam Pararaton masih disampaikan turun-temurun secara lisan.

Sebagai generasi muda, ada baiknya kita berangkat dari pandangan bahwa Pararaton adalah salah satu heritage yang membuktikan kekayaan khasanah budaya leluhur yang perlu dilestarikan. Benar atau salah, ia merupakan mahakarya susatra agung buah pikiran cendikia pada masanya.

Pada tabel di bawah ini, Kekunoan mengunggah ulang tempat-tempat yang tercantum dalam Pararaton dan melokalisasikannya berdasarkan sumber utama dari sebuah artikel ngalam.id berjudul Petualangan Ken Angrok di daerah Malang. Untuk menjembatani unsur mistis dengan unsur nilai sejarahnya, diungkapkan pula perbandingan rasionalisasi atau tafsir barunya berdasarkan buku karangan sejarawan Suwardono berjudul Tafsir Baru Kesejarahan Ken Angrok.

Selamat membaca.

TEGAL LELATENG (perkiraan daerah Dau)

 

 

 

 

 

 

Dewa Brahma menghamili Ken Endok di tegal Lelateng

Menurut Soewardono dalam Tafsir Baru Kesejarahan Ken Angrok, seorang pejabat berpengaruh kerajaan Kediri menghamili gadis dari timur gunung Kawi. Rupanya pejabat ini sangat berjasa bagi negara sehingga mendapat anugerah wenang katemon ing stri laranan, yakni boleh meniduri istri orang. Perlu diketahui bahwa hukuman untuk pelanggaran norma sosial atau pemutus tali kesusilaan (paradara) seperti ini bagi orang biasa sangat tegas, yakni pidana mati. Namun sang pejabat terbebas dari hukuman sehingga diduga ia adalah pejabat pusat istana Kediri.

 

PANGKUR ( perkiraan daerah Tlogomas-Dinoyo)

 

 

 

 

 

 

Tempat tinggal Ken Endok bersama suaminya, Gajah Para. Saat keduanya berpisah (cerai) Ken Endok kembali ke Pangkur sedangkan Gajah Para pergi ke campara

Menurut Pararaton, Gajah Para meninggal tak berselang lama karena ia tidak boleh menodai benih yang ditanamkan dewa Bhrahma dalam rahim Ken Endok. Ini ditafsirkan sebagai upaya pejabat bersangkutan menghilangkan aib dengan memerintahkan orang suruhannya menghabisi suami Ken Endok. Nama desa Pangkur tidak bisa ditemukan karena sang pejabat adalah golongan mangilala drwya haji, yakni pegawai istana yang digaji dari perbendaharaan negara, tidak diberi apanage atau tanah lungguh di suatu tempat tertentu.

 

REJASA ( daerah Junrejo, kota Batu)

 

 

 

 

 

 

Tempat lahir Ken Angrok sekaligus tempat ia dibuang ibunya di pembajangan (kuburan bayi). Ia lalu ditemukan oleh pencuri bernama Lembong yang mengangkatnya menjadi anak.

Jelaslah Angrok merupakan sosok berdarah bangsawan walaupun hidup di luar istana barangkali karena ibunya berasal dari kalangan rakyat biasa. Namun masyarakat memandang kebesaran ayahnya dan mengagumi kecerdasannya.

 

Lebak (diperkirakan di seputaran Tlogomas-Dinoyo-Merjosari)

 

 

Ken Arok menghilangkan hewan gembalaan milik Kepala Desa sehingga membuat orang tua angkatnya harus menjadi budak di desa Lebak
—————————————————————————-
Daerah konsentrasi hunian yang dipilih oleh masyarakat malang purba adalah kawasan delta Brantas- Metro hulu, yakni sekitaran Tlogomas-Dinoyo-Merjosari. Bukti-bukti tinggalan fragmen banguan sakral yang bertebaran di kawasan ini berasal dari abad VIII masa Gajayana hingga akhir Majapahit sekitar abad XIV. Dapat dikatakan wilayah ini menjadi pilihan tempat tinggal karena merupakan pusat peradaban dimana telah terwujud struktur sosial kemasyarakatan yang memadai.

Karuman Kampung di kelurahan Tlogomas, Kota Malang

 

 

Tempat Ken Angrok bertemu dengan orang tua angkatnya, Bango Samparan. Awalnya Bango Samparan mengalami kekalahan saat bermain judi, lalu ia bertapa di Rambut Jalu. Ia mendengar suara dari langit yang menyuruhnya pergi ke Karuman dimana ia menemukan Ken Angrok yang menjadi jimatnya memenangkan judi.
—————————————————————————–
Komunitas masyarakat yang tinggal di suatu tempat tidak terbentuk secara tiba-tiba, melainkan bertahap dalam kurun waktu yang lama. Desa kecil biasanya terletak dekat sungai atau mata air. Dengan berkembangnya pertanian dan berkembangnya prasyarat yang menunjang interaksi masyarakat secara berkesinambungan, maka timbul aktifitas baru, organisasi baru,sistim baru, dsb.

Kapundungan Pendungan Dinoyo

 

 

Tempat ken Angrok mengungsi walaupun di sini tak ada satupun orang mau menerimannya. Ken Angrok bertemu dengan Tita anak sahaya buyut di Sagenggeng. Mereka berguru pada pendeta bernama Janggang. Mereka tinggal dengan Janggang untuk belajar membaca, tentang candrasengkala dan perhitungan bulan dan waktu.
——————————————————————————
Dari desa yang lazim disebut wanua atau thani yang dikepalai tuha atau rama, kemudian berkembang menjadi satuan federasi desa atau watak dibawah pimpinan raka atau rakryan. Watak dapat berubah menjadi ibu kota kerajaan bila memungkinkan.

Padukuhan Timur Sagenggeng (Bululawang ke timur) :

 

angrok dikejar kejar penduduk hendak dibunuh

 

Bertambah usianya, Ken Angrok menjadi semakin nakal. Bersama sahabat karibnya Tita, mereka membegal orang dijalanan. Tunggul Ametung selaku Akuwu dibawah pimpinan Daha berusaha mengusir ken Angrok dari tumapel.
—————————————————————————-
Angrok dalam salah satu episode pelariannya dari kejaran akuwu Tunggul Ametung pernah singgah di Patangtangan. Nama ini disebut di prasasti Pamotoh sebagai daerah Patang. Hutan ini diduga sekarang adalah Kampung Tongan Kauman atau bisa juga wilayah Kayutangan di pusat kota Malang. Daerah-daerah yang juga disinggahi antara lain Ano (?), hutan Tarweg, Oran, Pamalantenan, Nagamasa, dll

Rabut Garontol Dukuh Grontol, desa Sidoluhur, Lawang

 

 

Tempat Ken Angrok dan Tita mengungsi setelah di usir dari Tumapel.
———————————————————————–
Masih didapati sebuah bukit bernama Bukit Grontol. Daerah ini dekat dengan parahyangan di Walandit (Blandit-Wonorejo) yang pada zaman Mpu Sindok telah menjadi tempat sembahyang.

 

Desa Wayang Gunung Wedon/Gunung Ringgit, Desa Turirejo, Lawang

 

 

Tempat kedua Ken Arok dan Tita mengungsi setelah diusir dari Tumapel lalu ke Rabut Garontol, dan akhirnya ke Desa Wayang.
—————————————————————————
Diperkirakan berasal dari kata Ringgit yang merupakan bentuk krama dari kata wayang. Terdapat kemungkinan kedua, yaitu sebuah tempat bernama Bayang di kecamatan Jabung Kabupaten Malang yang secara etimologis juga sesuai.

 

Rabut Katu Gunung katu, desa sumberpang, Wagir

 

 

Tempat pelarian Ken Angrok setelah merampok penangkap burung.
———————————————————————–
Gunung ini sebenarnya hanya bukit saja, namun terlihat mnjulang dibandingkan daerah sekitarnya. Tinggalan yang tersisa di puncaknya adalah arca nandi, pedestal arca berukuran besar, beberapa umpak batu dan sejumlah bata kuno berukuran besar. Gunung ini kini ramai menjadi tujuan wisata reliji.

 

Junwatu Desa Junrejo, Kota Batu

 

 

Setelah dari Rabut Katu Ken Angrok melarikan diri lagi ke Junwatu, dimana tempat para pendeta berkumpul.
———————————————————————
Selain desa Junwatu di kecamatan Junrejo wilayah kota Batu, tempat lain yang memungkinkan adalah Genukwatu di kelurahan Purwantoro Bantaran kecamatan Blimbing kota Malang. Kedua tempat ini sama-sama berhubungan erat dengan tanah perdikan/ sima pada era Medang ketika Mpu Sindok berkuasa di Jawa timur.

 

Turyantapada Turen

 

 

Tempat Ken Angrok mengantarkan Pu Palot pulang kerumahnya, lalu sejak itu Ken Angrok diangkat menjadi murid.
—————————————————————————-
Prasasti Watu Godeg di desa tanggung Turen mencatat nama Turyan sejak era Mpu Sindok. Angrok merasa sangat berhutang budi pada Pu Palot, sehingga kelak desa Turyan diubahnya menjadi Turyantapada untuk menghormatinya.

 

Kabalon Desa dekat Gunung Buring

 

 

Tempat dimana Ken Angrok disuruh oleh Pu Palot untuk mengambil emasnya dan berguruh kepada hyang buyut, tetapi penduduk Kabalon tidak percaya dan membuat ken Angrok marah, Petapa Kabolan hendak memukuli ken Angrok tetapi terdengar suara dari angkasa agar tidak membunuh Ken Arok, akhirnya mereka membangunkan Ken Angrok yang pingsan.
————————————————————————-
Suara dari langit yang sering menolong Angrok disaat-saat kritis ditafsirkan sebagai perumpamaan yang menggambarkan pamor pejabat kerajaan (ayah Angrok) yang kuat sekali sehingga orang kebanyakan sering tunduk mengikuti perintahnya.

Tugaran Tegaron, Gunung Buring

 

 

Tempat Ken Angrok melarikan diri dan menjadi pengacau didesa itu, lalu akhirnya ia dikembalikan ke Desa Bapa, Turyantapada.
——————————————————————————
Telah menjadi watak atau kerakaian sejak abad X di masa Mpu Sindok. Di Malang ada dua tempat yang diduga adalah Tugaran. Pertama, Desa Tegaron Lesanpuro kecamatan Kedungkandang kota Malang. Perkiraan kedua di daerah Talang agung Kepanjen. Dilihat dari konteks petualangannya, dugaan pertama lebih masuk akal karena lebih dekat dengan daerah-daerah jelajah Angrok lainnya.

Rabut Gunung Lejar Dukuh Nglajar, Pandanrejo, Kota Batu

 

 

Angrok bersembunyi dan mendengar dari dewa bahwa ia akan menjadi penguasa Jawa.
————————————————————————–
Di gunung Lejar telah berkumpul berbagai pihak yang menentang Kediri untuk merancang serangan sekaligus menunjuk Angrok sebagai pimpinan gerakan. Sistim sosial kerajaan di jawa waktu itu, walau tidak seketat di India, tidak memungkinkan seseorang dari golongan rendah mencapai status sosial yang lebih tinggi. Telah diceritakan dari awal bahwa Angrok masih berdarah biru,sehingga semua sepakat mengangkatnya pemimpin. Sejarah mencatat bahwa terciptanya suatu wangsa selalu dilakukan oleh seseorang yang sebelumnya adalah keturunan dari bangsawan kerajaan pendahulu.

Tumapel Singosari,Malang

 

 

Tempat dimana Ken Angrok diangkat oleh Lohgawe dan membantunya menjadi abdi Tunggul Ametung, disini juga Ken Angrok terlibat perkelahian untuk merebutkan istri Tunggul Ametung yaitu Ken Dedes. Ken Angrok memiliki sebuah rencana jahat kepada keluarga Tunggul Ametung, yaitu Kebo Hijo anak emas Tunggul Ametung melihan Ken Angrok memiliki keris baru, dimintalah keris itu. Malam harinya Ken Angrok mengambil Keris itu dan membunuh Tunggul Ametung, ketika pagi hari anggota kerajaan melihat keris Kebo Hijo menancap di badan Tunggul Ametung. Akhirnya Kebo Hijo ditangkap dan dibunuh. Lalu Ken Angrok diangkat menjadi Raja dan menikah dengan Ken Dedes.

Lulumbang Desa Lumbangsari, Bululawang

 

 

Tempat Ken Angrok memesan keris kepada Pu Gandring selama 5 bulan. Saat waktunya tiba, ternyata Keris tersebut belum selesai. Ken Angrok pun marah dan membunuh Pu Gandring. Ia sangat menyesal.
——————————————————————————
Ada pendapat bahwa Lulumbang dulunya berada di wilayah Songgoriti. Prasasti Sangguran dari desa Ngadat Batu tahun 928 yang dikeluarkan raja Wawa dari Medang menetapkan wilayah ini sebagai wilayah suci untuk bangunan milik kajurugusalyan (para pandai besi) sehingga Mpu Gandring diperkirakan berasal dari sini. Namun apabila Kabalon teridentifikasi sebagai dukuh Kabalon di daerah Cemoro Kandang kota Malang, sedangkan Turyantapada dilokasikan sebagai Turen, maka Lulumbang harus berada di antara dua daerah ini. Pararaton menceritakan bahwa Pu Palot membawa emas dari kabalon, berhenti di Lulumbang karea takut hendak pulang ke Turyantapada.

Kutaraja Kelurahan Kutorejo, Kedung Kandang

 

ilustrasi komik wid ns kekunoan.com

 

Ibu kota kerajaan yang didirikan oleh Ken Angrok
———————————————————–
Nama ini sekarang merupakan nama Kelurahan Kutorejo yang terletak di Kecamatan Kedungkandang, mulai dari pertemuan Sungai Brantas dan Sungai Bango ke arah timur. Di tempat-tempat inilah banyak sekali dijumpai benda-benda purbakala, juga bekas tembok purbakala dan gua pertapa.

 

Ganter Dusun Ganten, Desa Tulungrejo, Kecamatan Ngantang

 

 

Lokasi perang antara pasukan Ken Angrok melawan tentara kerajaan Daha, yang berakhir dengan kemenangan pihak Tumapel (Angrok).
——————————————————————————
Peta politik di sebelah timur Gunung Kawi berubah setelah kematian Tunggul Ametung. Semua orang di sebelah timur Gunung Kawi merasa segan terhadap Ken Angrok. Karena kehendak dewa, raja Dangdang Gendis dari Daha menjadi amat angkuh sikapnya terhadap pedanda Siwa-Sogata (Hindu dan Buddha). Ia ingin supaya para pedanda itu menyembahnya. Ia memperlihatkan diri seperti Bhatara Guru, yakni bertangan empat dan bermata tiga.Tetapi para pedanda segan menyembahnya dan mereka mengungsi ke Tumapel, ke tempat Ken Angrok. Di Tumapel Ken Angrok menjadi raja dengan nama Sri Ranggah Rajasa Sang Amurwabhumi. Kemudian terjadilah peperangan di sebelah utara Ganter, yang berakhir dengan kekalahan Daha, pada tahun 1144 Saka (1222 M). Konon Ganter saat ini menjadi Dusun Ganten di Desa Tulungrejo, Kecamatan Ngantang. Dalam pertempuran itu, Mahisa Walungan dan Gubar Baleman, hulubalang Daha tewas. Sedangkan raja Dangdang Gendis lari mencari perlindungan di dalam sebuah candi (dewalaya).

Kagenengan Dukuh Kagenengan, Desa Parangargo, Wagir

 

 

Tempat Ken Angrok didharmakan. Ken Angrok dibunuh oleh anak tirinya yang bernama Anuspati setelah makan.
——————————————————————————
Terdapat bukti tinggalan di tempat yang sekarang disebut tegal Sokan di Genengan-Wagir dari catatan Belanda. Sekira 1915, P.V. van Stein Callenfels, arkeolog Belanda yang dijuluki Bapak Prasejarah Indonesia, pernah mengunjungi reruntuhan kepurbakalaan di Genengan-Wagir. Meski begitu, tak banyak yang dicatatnya. Selanjutnya, pada tahun 1930, W. F Stutterheim, seorang arkeolog Belanda, mengunjungi tempat yang sama. Dia menyebut sudah banyak reruntuhan yang hilang. Dia menemukan arca Nandi tapi tak lagi di Genengan melainkan di lereng sebelah utara Gunung Katu.

 

Sumber:

ngalamid/Petualangan Ken Angrok di daerah Malang
Sedjarah Indonesia IC – Dra. Satyawati Suleiman
Pararaton – Drs. R. Pitono Hardjowardojo
Sejarah Nasional Indonesia: Zaman Kuno
The Date of Ken Angrok – Trigangga
Dari Pura Kanjuruhan Menuju Kabupaten Malang
Tafsir Baru Kesejarahan Ken Angrok (Suwardono)

Ilustrasi: komik Ken Arok karya Wid NS

Comments

Leave a Reply to JoeCancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

GIPHY App Key not set. Please check settings

3 Comments

  1. Ini semua rekaan dari imajinasi pengarangnya pararaton.
    pararaton itu tidak bisa dijadikan panutan sejarah ilmiah
    kesatu waktu Ken Arok ditangkep oleh penduduk desa ada suara dari langit bahwa dia harus dilepaskan karena yang memerintah itu adalah Dewa Brahma
    kedua Ken Dedes kemaluannya dan auratnya bersinar
    ketiga keris Empu Gandring ditambah-tambahin bumbu agar sedap ..ini semuanya adalah imajinasi pararaton utk bersikap patriotisme thd kuasa2 raja 2 jawa.

    Masyarakat Indonesia kita tuh nggak bisa membedakan yang mana sejarah ilmiah khayalan tahayul dan cerita rakyat jadi semuanya ditelan bulat-bulat karena masih berotak mistik dan budaya animisme di Indonesia ini sangat kuat jadi sekali lagi Sejarah adalah sesuatu penelitian ilmiah yang harus dibuktikan dengan penemuan ilmiah seperti prasasti benda-benda peninggalan purbakala yang menjadi saksi di masa itu bukan dari cerita rakyat atau mitos atau tahayul yang menjadi sumber sejarah makanya kenapa sampai sekarang kita ini nggak bisa maju dlm penelitian sejarah nya sendiri msh simpang siur

  2. Ini semua rekaan dari imajinasi pengarangnya pararaton.
    pararaton itu tidak bisa dijadikan panutan sejarah ilmiah
    kesatu waktu Ken Arok ditangkep oleh penduduk desa ada suara dari langit bahwa dia harus dilepaskan karena yang memerintah itu adalah Dewa Brahma
    kedua Ken Dedes kemaluannya dan auratnya bersinar
    ketiga keris Empu Gandring ditambah-tambahin bumbu agar sedap ..ini semuanya adalah imajinasi pararaton utk bersikap patriotisme thd kuasa2 raja 2 jawa.

    Masyarakat Indonesia kita tuh nggak bisa membedakan yang mana sejarah ilmiah khayalan tahayul dan cerita rakyat jadi semuanya ditelan bulat-bulat karena masih berotak mistik dan budaya animisme di Indonesia ini sangat kuat jadi sekali lagi Sejarah adalah sesuatu penelitian ilmiah yang harus dibuktikan dengan penemuan ilmiah seperti prasasti benda-benda peninggalan purbakala yang menjadi saksi di masa itu bukan dari cerita rakyat atau mitos atau tahayul yang menjadi sumber sejarah makanya kenapa sampai sekarang kita ini nggak bisa maju dlm penelitian sejarah nua sendiri msh simpang siur

    • Bagian awal hingga lebih dari separuh isi Pararaton memang banyak mengandung mitos yg tidak masuk akal, namun bagian2 tengah hingga belakang bentuknya mirip laporan.
      Pararaton memang bukan data sejarah primer, jadi tidak untuk panutan. Ia adalah data sekunder, bisa dipakai untuk cross check dengan data prasasti apabila diperlukan.

      Masyarakat Indonesia yang mana yg kamu maksud? penulis saja juga tidak percaya bagian mitos Pararaton.
      Kita ini sudah maju dalam penelitian sejarah, makanya tidak percaya sejarah yang dibuat-buat….

Loading…

0

The rise and fall of the Mongol Empire – Anne F. Broadbridge

tuah pusaka keraton kekunoan.com

Tuah Pusaka Keraton Menghantar Dua Pangeran Naik Singgasana