Lawan-lawan Tentara Inggris di seluruh Dunia

Pada masa puncak kejayaannya, Inggris pernah menjadi pusat peradaban dunia laiknya Baghdad di Irak ribuan tahun lalu atau Amerika Serikat pada masa kini.

British Rules the World dan The Sun Never Set in British Empire adalah slogan-slogan kebanggaan Inggris pada pertengahan abad 16 hingga 17. Dikatakan bahwa saat itu, wilayah kekuasaan koloni Inggris terbentang dari Afrika, Asia, Australia hingga Amerika, yang artinya bahwa selalu ada wilayah kemaharajaan Inggris yang terpapar sinar matahari.

Kekuatan super power itu tentu tidaklah diperoleh dengan cuma-cuma. Tidak terbilang besarnya sumber daya manusia maupun material yang harus dibayar untuk mendapatkan kekuatan global seperti itu.

Mempertahankan status sebagai kekuatan global lebih-lebih, bukanlah hal yang mudah. Tentara Inggris adalah salah satu tentara yang paling lengkap dan paling berpengalaman di dunia, pasukannya aktif dari Afrika Utara sampai Pasifik Selatan. Tentara Inggris yang sama baik secara hirarkis maupun taktik militer harus menghadapi lawan yang sangat berbed-beda karakteristiknya, masing-masing menghadirkan kombinasi keterampilan, taktik, dan persenjataan baru yang harus bisa diatasi.

 

Berikut ini adalah ragam kekuatan militer yang pernah dihadapi pasukan Her Majesty di seluruh dunia:

Pasukan Nasionalis Mesir

Pada tahun 1879, pemerintah Mesir adalah pemerintahan yang sangat korup, tidak efisien, dan mengutamakan kepentingan orang Eropa di atas segalanya. Bahkan terdapat undang-undang khusus yang memberikan perlindungan istimewa kepada orang-orang Eropa kaya, khususnya dari Perancis atau Inggris yang tidak diperoleh penduduk asli.

Kaum nasionalis Mesir yang dipimpin oleh Kolonel Ahmed ‘Urabi berusaha mengambil alih kekuasaan negara guna mewujudkan reformasi demokratis yang akan menghapus dominasi kaum elit dan pengaruh asing di pemerintahan. Prancis menolak untuk campur tangan. Di sisi lain Inggris menggunakan dalih kematian 50 orang Eropa dalam suatu konflik sebagai alasan untuk invasi militer yang tujuan sebenarnya adalah membela kepentingan ekonominya sendiri.

Inggris harus berperang melawan kekuatan yang dilatih dan dipersenjatai ala pasukan Eropa. Namun pada akhirnya Inggris terbukti lebih unggul, mengalahkan ‘Urabi dalam Pertempuran Tel-el-Kebir dan melanggengkan cengkramannya atas Mesir.

 

Suku Ashanti

Di wilayah yang sekarang menjadi negara Ghana, Inggris pernah bertempur melawan kekaisaran Ashanti, suku lokal yang hebat dalam berperang namun masih menggunakan senjata primitif. Inggris bermaksud menjaga kelangsungan tambang emasnya baik dari ancaman penduduk lokal maupun dari negara Eropa lain.

Suku Ashanti sangat menguasai medan perbukitan dan hutan, kemudian memanfaatkannya untuk strategi penyergapan dan gerilya. Unsur kejutan dalam peperangan inilah yang sering mengobrak-abrik pasukan Inggris.

Kelemahan taktik Ashanti adalah kurangnya kerjasama dan kurang disiplin. Dalam menghadapi senapan yang semakin akurat, pasukan yang tersebar lebih mudah dikalahkan. Akhirnya, karena semakin sulit menembus pertahanan Inggris, perlawanan suku ini pun kandas.

 

Suku Zulu

Konon, lawan yang paling terkenal yang harus dihadapi penjajah kolonial Inggris adalah Kekaisaran Zulu yang prajuritnya disebut Impis. Para prajurit lokal ini mampu berlari beberapa kilometer sebelum terjun ke medan perang dan menghabisi lawan mereka dengan tombak pendek. Mereka juga sangat disiplin, mampu bermanuver dengan cepat dan taat mematuhi perintah. Mereka dengan gagah berani terjun di tengah gelombang melawan musuh.

Untuk menguasai berbagai wilayah di Afrika bagian selatan, Inggris harus berhadapan dengan suku Zulu. Inggris  mulai mengirim ultimatum yang memicu perang dan kemudian menyerang suku Zulu.

Zulu pernah meraih kemenangan besar di Isandlwana. Pada akhirnya, meskipun memiliki keuletan dan keberanian yang luar biasa, suku Zulu yang bersenjata tombak takluk dikalahkan senjata modern. Pada Pertempuran terakhir di Ulundi, pasukan suku Zulu mengalami kekalahan akbar dengan menderita korban jiwa yang sangat besar sehingga tidak mampu lagi melanjutkan perang.

Bagaimanapun juga perang ini memberi pelajaran pada Inggris agar tidak meremehkan musuh yang bersenjata primitif.

 

 Suku Maori

Pelajaran pahit serupa harus dialami Inggris di Perang Selandia Baru(1845-1872). Pendatang baru kulit putih yang menyebar ke seluruh Selandia Baru bersikap semena-mena dan sering mengganggu kelangsungan hidup penduduk lokal. Hal ini membangkitkan semangat perlawanan suku setempat, suku Maoris.

Metode perang Maori berlawanan dengan suku Zulu yang agresif, berpencar dan mengalir dinamis, dan cocok dipakai untuk menghadapi suku Afrika lain. Taktik perang suku Maori adalah mengambil posisi statis, bertahan dan berpusat untuk melumpuhkan senapan pasukan Inggris.

Maori membangun benteng dari tanah yang diperkuat yang disebut pā. Dari benteng tersebut mereka menahan laju pasukan prajurit kolonial Inggris dan pasukan milisia pendatang Eropa, menyerang dari posisi yang lebih baik, membuat pasukan penyerang mengalami kerugian jiwa yang besar.

Meskipun hasil akhirnya sekali lagi dimenangkan oleh penjajah kulit putih, pertempuran ini ternyata lebih sulit dibandingkan saat menghadapi suku Zulu.

 

Suku Xhosa

Zulu bukanlah satu-satunya suku asli yang dihadapi Inggris dalam usaha mereka untuk menyatukan Afrika Selatan. Sedikit ke  timur, suku Xhosa juga berani melawan penjajah dan memicu Perang yang disebut Perang Xhosa ke sembilan  (1877-1879).

Karena tidak dapat mengalahkan Inggris yang bersenjata lengkap dalam pertempuran terbuka, suku Xhosa mundur ke Pegunungan Amatola. Di sini mereka bertempur dalam perang gerilya, memanfaatkan medan untuk meluncurkan serangkaian penyergapan dan selalu bersembunyi agar tidak terseret dalam perang terbuka. Hanya dengan membangun serangkaian sistim perbentengan dan pertahanan yang solidlah akhirnya Inggris menyudahi perlawanan suku Xhosa.

 

Kaum Mahdi

Sudan memberi tantangan yang berbeda bagi Inggris di tahun 1880-an dan 1890-an. Dibawah pimpinan kharismatik Muhammad Ahmad yang diangap sebagai imam mahdi, mereka bertempur dengan militansi dan fanatisme tinggi mengusir penjajah.

Latar belakang religius ini menyebabkan serangan Sudan lebih frontal dibandingkan suku Zulu. Meskipun agak mengejutkan di awal, mereka sama sekali bukan lawan sepadan bagi pasukan yang dipersiapkan dengan taktik dan persenjataan yang lebih modern.

 

Kaum Boers

Setelah sebelumnya selalu menghadapi lawan yang menerapkan taktik perang gerilya, perang melawan kaum Boer bisa dibilang adalah perang modern dimana kedua belah pihak menerapkan strategi yang mirip. Kaum Boers, yaitu keturunan pemukim Belanda, adalah kelompok yang menolak usaha Inggris untuk menyatukan Afrika bagian selatan dan melawan balik.

Terlahir sebagai penembak yang jitu dan cerdas, serta memiliki pemimpin berbakat yang memahami perang Eropa, kaum Boers adalah musuh yang sama sekali berbeda dari musuh-musuh lain yang pernah dihadapi Inggris. Mereka mampu mengkoordinir tentara dalam jumlah besar dan menerapkan elemen adaptasi perang gerilya dalam strateginya.

Kaum Boers berjaya beberapa kali mengalahkan Inggris baik dalam perang berskala kecil maupun besar.

Pada akhirnya, kaum Boers tidak kalah karena kecerdikannya atau strategi perangnya, melainkan karena kalah perbandingan jumlah pasukan yang tidak seimbang.

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

GIPHY App Key not set. Please check settings

One Comment

Loading…

0

Abdi Dalem Keraton Jogja

Situs Arkeologis Konyol Buruan Nazi Jerman