Menapaki Jejak Para Sesepuh Pendekar Komik Indonesia

Pada masanya para pendekar cergam klasik ini sangat berjaya. Torehan pensil mereka tak hanya melahirkan jagoan-jagoan yang populer dan digemari, tapi juga menginspirasi banyak cergamis dulu maupun sekarang. Adakah yang anda idolakan?

DJAIR WARNI

Pria kelahiran Cirebon 13 Mei 1949 ini banyak menciptakan tokoh-tokoh rekaan superhero dalam cergam-cergam serialnya seperti Jaka Gledek, Malaikat Bayangan, Si Tolol, Agen Rahasia, Toang Anak Jin, Generasi Masa Depan, Tiga perkasa, dll. Karyanya yang paling populer adalah Jaka Sembung, seorang pria berdarah biru yang berhasil menumpas musuh di gunung Sembung. Jaka Sembung, Jaka Gledek dan Si Tolol sempat diangkat ke layar lebar dan sinetron. Salah satu impiannya yang belum terwujud adalah mendirikan perguruan komik. Disela-sela profesinya sebagai cergamis, Djair juga sempat membuat sebuah karya ilmiah “Hipotesa Kontra Bing-Bang.”

GANES T.H.

Namanya identik dengan tokoh jagoan rekannya, Si Buta dari Gua Hantu, yang ia munculkan dalam cergam petualangan sejak tahun 1968, dan sempat difilmkan pada tahun 1971. Cergamis kelahiran Banten, 5 Mei 1935 ini termasuk salah satu pelopor tonggak kejayaan cergam hingga era 80-an. Sempat kuliah di ASRI, Yogyakarta, lalu kembali ke Jakarta untuk meneruskan kegemarannya melukis dan membuat ilustrasi pesanan (terutama karikatur) untuk sebuah harian. Selepas peristiwa tahun 1965, ia putar haluan dan mulai menggeluti cergam, terutama cerita silat. Beberapa mahakaryanya antara lain Tuan Tanah Kedawung, Misteri di Borobudur, Tjisadane, Siluman Serigala Putih, Si Djampang, dan Beranak dalam Kubur. Ganes adalah salah satu cergamis yang diterbitkan oleh penerbit Eres (penerbit ini bubar tahun 1971).

GERDI W.K.

Cergamis kelahiran 13 April 1953 yang bernama lengkap Gerdi Wiratakusuma ini merupakan salah satu cergamis terbaik Indonesia. Tokoh jagoan perempuan, Gina, yang ia ciptakan berjaya sejak 1972 hingga 1985 dan kini punya fans club. Trilogi Gina yang cukup beken antara lain episode Gurun Gobi (1975), Teratai Merah (1976), Vampire-Vampire Laut Kuning (1976). Serial Gina telah edar dalam 19 judul dan sempat dibuat versi film animasinya dengan judul Gina vs Ratu Ular (1972). Selain berprofesi sebagai cergamis, Gerdi juga aktif menjadi illustrator di majalah anak-anak (1985-1995), vuku serial Wali Songo (1993), buku buku cerita rakyar Grasindo (1997) dan sempat menghidupkan kembali kisah Sangkuriang, Si Kabayan, dan Iteung Tersayang (1998-1999) dalam cergam. Tahun 2005, Gerdi kembali aktif mengenalkan sosok Gina dikalangan generasi muda dengan setting yang disesuaikan dengan Indonesia abad 21.

HASMI

Lahir di Yogyakarta pada tanggal 25 Desember 1955 dengan nama lengkap Harya Suryaminata. Sejak duduk dibangku SMP, Hasmi sudah gemar melukis dan membuat cergam. Sempat kuliah di ASRI namun hanya bertahan dua tahun, karena waktunya tersita untuk membuat cergam. Sepanjang 1968 – 1982 ia menghadirkan tokoh Gundala Putra Petir hingga 23 judul. Petualangan Gundala sempat muncul kembali sebagai komik strip di Jawa Pos tahun 1988, namun tak berlangsung lama. Selain Gundala dan Maza, ia juga menciptakan tokoh superhero Bara yang memiliki kekuatan panas yang dahsyat. Sebagian besar karyanya memang diilhami komikus Amerika. Setelah Gundala tak terbit lagi, Hasmi banting setir jadi penulis skenario film, diantaranya Kelabang Sewu, Lorong Sesat, Harta Karun Rawa Jagitan, dll. Ia juga aktif menulis skenario untuk acara ketoprak di TVRI Yogyakarta.

HANS JALADARA

Pendekar komik era 70-an ini sukses dikenal publik lewat cergam Panji Tengkorak (1968), seorang pendekar bertopeng tengkorak yang mengembara sambil menyeret peti mati. Sejak tahun 60-an hingga 80-an, pria yang memiliki nama asli Rianto Sukandi ini aktif membuat cergam, yakni Walet Merah (1973), Si Rase Terbang, Dian dan Boma, dll. Panji Tengkorak sempat dibuat ulang di tahun 1985 dan 1997, serta sempat difilmkan pada tahun 1971 (Walet Merah juga). Hingga kini, pria kelahiran Yogyakarta 1947 ini masih meluangkan waktu membuat komik strip, yakni Intan Permata Rimba (terinspirasi Tokoh Tarzan) yang dimuat di sebuah harian di Jawa Tengah. Ciri khas karya Hans adalah jalinan cerita yang panjang, karya imajinasi, dan penuh konflik.

JAN MINTARAGA

Pria yang terlahir dengan nama Suwalbiyanto pada tanggal 8 November 1942 di Yogyakarta ini telah berpulang pada 14 Desember 1999. Cergam buatannya erat dengan persilatan, dimana para tokohnya berpetualang ke dunia gaib lalu bertemu dengan para siluman. Antara tahun 1962-1964 Jan sempat mengecap pendidikan di ASRI Yogyakarta dan sebentar di ITB, lalu menerbitkan komik pertamanya pada tahun 1965. Diantara ratusan cergamnya, Subuah Noda Hitam adalah salah satu yang cukup melambungkan namanya, disamping beberapa karya lainnya, Tunggu Aku di Pintu Eden serta beberapa cerita silat seperti Kelelawar, Teror Macan Putih, Indra Bayu, dll. Jan juga menulis komik sejarah seperti Imperium majapahit, Api di Rimba Mentaok, dll. Pada masanya Jan dikenal sebagai cergamis yang menentang pornografi dan getol memperjuangkan komik sebagai bacaan yang mendidik.

MANSYUR DAMAN

Sejak SD (1957), cergamis kelahiran Tanah Abang, Jakarta 3 Juli 1946 yang biasa disapa Man ini sudah menyukai cergam, terutama yang berkisah tentang dunia kepahlawanan dan pewayangan karya R.A Kosasih dan S.Ardisoma. setamat SMA (1964), penerbit Rose dibilangan Palmerah memintanya untuk ,membuat ilustrasi sampul novel di Rasputin, dll. Lewat penerbit ini pula, ia mulai menekuni dunia cergam lewat karya pertama, Istana Hantu. Berturut-turut ia meluncurkan cerita silat Mentjari Djejak Setan Tjulik, dan Si Tompel (bertemakan silat betawi). Man kemudian menjadi sangat populer lewat cerita silat Golok Setan dengan tokoh utama Mandala, Siluman Sungai Ular. Setelah Pekikan Histeris dan Perawan Buronan, Man mulai bekerjasama dengan penerbit lain, misalnya untuk cergam Petjah Kulit dan Dewi Kenanga (penerbit San agency) serta Macan Kuku Seribu, Monyet Putih, dan Raksasa (penerbit Rudi).

R.A. KOSASIH

Kakek satu cucu bernama lengkap Raden Ahmad Kosasih yang lahir di Bogor tanggal 4, bulan 4, tahun 1919 ini dikenal sebagai Bapak Komik Indonesia. Sejak muda sudah gemar nonton wayang golek, maka tak mengherankan jika cergam-cergam karyanya terinspirasi oleh wayang. Tahun 1939 ia mulai menggambar ilustrasi untuk buku buku yang diterbitkan oleh Kebun Raya Bogor. Debut pertamanya sebagai cergamis dilakoni secara profesional pada tahun 1953. Awalnya penerbit memaksanya untuk meniru komik Amerika, namun kemudian mengarahkannya ke omik wayang. Karya pertamanya adalah Sri Asih (penerbit Melodie, Bandung, 1954). Kosasih kemudian aktif meneliti dokumen dan mulai mencipta komik epos besar yang berasal dari India seperti Mahabharata dan Ramayana. Sempat menggambar beberapa komik silat yang memiliki pengaruh Tionghoa. Berpuluh-puluh cergam sudah dibuatnya sepanjang 1955-1960. Saat cergam wayang mulai menurun popularitasnya, pria berdarah Sunda ini sempat menggarap cergam legenda (Lutung Kasarung, Sangkuriang) serta dongeng anak-anak. Kosasih memulai karirnya pada penerbit Melodi di Bandung, tapi karya-karyanya yang terkenal diterbitkan oleh Maranatha. Beliau tak hanya dianggap perintis, tapi juga inspirator bagi cergamis dari generasi ke generasi. Karena itulah namanya kemudian diabadikan sebagai nama award untuk cergam oleh Konde. Hingga saat ini, puluhan karyanya selalu di cetak ulang. Ia berhenti membuat cergam ditahun 1993 lantaran faktor usia.

TEGUH SANTOSA

Cergamis kelahiran Malang, 1 Februari 1942 ini (meninggal 25 Oktober 2000) populer sebagai jawara cergam klasik Indonesia yang berlatar belakang sejarah. Kualitas gambar dan pemahaman sejarahnya dianggap sangat baik, melebihi kemampuan cergamis lain seangkatannya. Disamping eksotis, garis-garis ilustrasinya sangat detail. Teguh pernah digaet Marvel Comics (salah satu penerbit komik terbesar di dunia yang berbasis di New York) sebagai ink-man. Serial detektif Conan, Alibaba, dan Piranha adalah beberapa serial komik yang pernah turut digarapnya. Selain trilogi Sandhora (1969) yang menjadikannya terkenal, masih ada Mat Romeo (1971), Mencari Mayat Mat Pelor (1970), Sebuah Tebusan Dosa (pertama kali diterbitkan tahun 1967), dll.

WID N.S.

Kegemarannya akan fiksi ilmiah membuat pria bernama asli Widodo Noor Slamet (Yogyakarta, 22 November 1938 – 26 Desember 2003) menciptakan tokoh Godam yang hadir dalam 15 judul sepanjang 1969 – 1980. Seniman otodidak yang hanya lulus SMP Negeri II Yogyakarta (1956) ini juga menciptakan tokoh Aquanus (1968), serta komik silat dan horor seperti Anjing Setan de La Rosa dan Pengantin Rumah Kubur. Pada tahun 1983, bersama para cergamis lain seperti Hasmi, Djoni Andrean, Hasyim Katamsi, dan Marsoedi, ia menggrap komik tentang Serangan Umum 1 Maret 1949 yang berjudul “Merebut Kota Perjuangan”. Wid diakui kelebihannya soal bertutur dan caranya menonjolkan gaya kehidupan rakyat Indonesia secara utuh dalam cergam.

ZALDY

Nama lengkapnya Zaldy Armendaris. Telah menerbitkan 60-an judul cergam roman remaja (1966-1971). Karya-karyanya yang juga dipengaruhi film-film roman dari Hongkong, ternyata sempat diminati oleh produser dan sempat di filmkan. Misalnya cergam Setitik Air Mata buat Peter menjadi film Air Mata Kekasih (September, 1971) dan cergam Fadjar ditengah Kabut menjadi film dengan judul Ratna (Desember,1971).

 

Sumber : Iwan Gunawan, Toni Masdiono, Majalah desain grafis concept 2007.

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

GIPHY App Key not set. Please check settings

Loading…

0

Sejarah Panjang Komik Indonesia Dari Masa ke Masa

Dikelilingi Benteng Alam, 5 Kerajaan Pernah Berpusat di Daerah Pedalaman Ini