Upacara penetapan sima atau perdikan secara sakral dan khidmat dipimpin oleh pemuka agama yang disebut sebagai makudur.
Setelah upacara, dilanjutkan dengan anugerah raja berupa pemberian hadiah-hadiah bagi pihak-pihak yang telah berjasa kepada raja. Prosesi yang khidmat tersebut diakhiri dengan pesta makan minum dengan berbagai hiburan.
Baca juga: Makanan dan minuman yang terpahat dalam prasasti
Rajamangsa atau mahamangsa adalah makanan yang khusus dimakan oleh raja, namun dalam penetapan sima, pejabat yang menerima anugerah sima boleh memakan rajamangsa atau mahamangsa pada saat upacara tersebut dilangsungkan.
Masyarakat jelata tidak boleh makan makanan tersebut, demikian juga pejabat yang tidak berhak.
Makanan ini perlu penyiapan waktu yang panjang. Hewan yang dikebiri harus dipelihara dalam waktu tertentu untuk dapat dinikmati agar hasil dagingnya nikmat dan lunak. Selain itu makanan-makanan tersebut juga sulit untuk mendapatkannya sehingga memang masyarakat jelata tidak mampu untuk mendapatkannya atau juga takut kualat mengingat masyarakat saat itu masih sangat taat perintah pejabat dan atasan sebagai perintah Tuhan.
Ada kutukan-kutukan atau sapatha yang ditulis dalam prasasti untuk orang-orang yang
melanggar aturan atau perintah raja atau pejabat dan masyarakat mematuhinya.
Makanan yang termasuk rajamangsa atau mahamangsa antara lain Asu tugel yaitu anjing yang dikebiri, Karung pulih atau babi yang dikebiri, Wdus gunting: kambing muda / hamil (khusus ini ada dua pendapat ahli), Karung pjahaninarajakini atau babi hasil buruan raja, Iwat taluwah sejenis nama ikan, dan Badawang (penyu).
Makanan dalam catatan prasasti sebagian besar menyebutkan nama bahan makanannya. Prasasti bukan buku resep, jadi tidak detil ditulis bumbunya apa dan bagaimana memasaknya. Tidak secara khusus atau rinci disebutkan bahan tersebut dimasak apa dengan cara apa meskipun ada beberapa yang disebutkan cara memasaknya. Misalnya Deng Asin, yaitu makanan yang terbuat dari daging yang diasinkan; Daing Kadiwas, yaitu ikan yang dikeringkan; harang-harang, yaitu makanan yang disiapkan dengan cara dipanggang atau dibakar di atas arang; Skul Dinyun, yaitu nasi yang dimasak dengan Nyun atau Jun alias diliwet; Skul Dandananihiniru, yaitu nasi yang dimasak dengan dandang dan diberi kukusan. Selain itu ada pula Kla kla sammaneka, yaitu macam-macam masakan; kwelan yang artinya masakan Ikan asin.
Selain hanya disebutkan nama baik bahan maupun cara penyiapannya, kebanyakan tidak ada gambaran bentuknya.
Bentuk makanan sebagian dapat dirunut dari relief-relief candi yang antara lain tergambar di Petirtaan Cabean Kunti Boyolali, Candi Prambanan, dan Candi Borobudur.
Relief Petirtaan Cabean Kunti di Boyolali
Makanan yang tergambar di Petirtaan Cabean Kunti satu bakul nasi yang dilengkapi dengan lauk ikan, telur yang diiris menjadi empat, dan sate yang irisannya berbentuk kotak-kotak. Nasi dalam bakul dihadap tiga orang pria yang duduk bersila. Gambaran ini mengingatkan pada aktivitas kenduri. Sementara untuk minuman yang disajikan hampir sebagian besar minuman beralkohol dan dinikmati bersama makanan atau kudapan pendamping yang disebut sebagai tambul. Minuman yang disebutkan antara lain Kilang (sari tebu yang difermentasi), Kinca (sari asam yang difermentasi), Mastawa (minuman keras), Siddhu (minuman keras dari sari tebu yang disuling), Tuak len sangka ing jnu (tuak dari pandan), Twak (minuman keras dari nira aren.)
Situasi pesta pora dengan suguhan aneka makanan teman minum minuman keras yang digambarkan ada di dalam kendi-kendi.
Makanan yang disajikan terlihat adanya ikan sejenis gabus, udang, cumi-cumi, belut, makanan berbentuk kotak-kotak. Dimungkinkan sejenis dodol atau jenang. Dodol atau dwadwal disebutkan di dalam Prasasti Sangguran (928 M) dan Paradah II (943 M).
Baca juga: Komsumsi daging di India kuno menurut Ramayana dan Mahabharata
Dari kumpulan data yang ada, dapat diambil kesimpulan sementara antara lain:
- Bahan makanan berasal dari nabati dan hewani.
- Jenis hidangan dari makanan pokok atau sumber karbohidrat, sayuran, dan lauk pauk, kudapan serta minuman.
- Cara penyajian makanan ada yang melalui pengolahan atau tanpa diolah.
- Pengolahan makanan ada yang direbus, dipanggang di atas arang atau dibakar.
- Makanan ada hierarki-nya ternyata, karena ada makanan yang khusus untuk raja disebut sebagai rajamangsa atau mahamangsa dan ada makanan yang boleh dimakan oleh siapa saja.
Sumber: Riris Purbasari. Bahasan dari Wabah Class season 1
Sampul: Estu Pramono
GIPHY App Key not set. Please check settings